Dewasa ini
identitas nasional di era modern khususnya bagi generasi milenial terutama
generasi Z sudah banyak dilupakan. Bahkan sudah banyak anak-anak muda jaman
sekarang yang sudah melupakan arti penting Pancasila serta Bhinneka Tunggal
Ika. Banyak dari anak muda jaman sekarang juga melupakan bagaimana
pejuang-pejuang pahlawan Indonesia dulu untuk membentuk dasar-dasar negara
serta membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan negara luar yang menjajah
bangsa Indonesia. Kurangnya peran orang-orang dekat disekitar anak-anak pada
saat masa remaja khususnya keluarga dekat merupakan salah satu alasan kenapa
generasi milenial saat ini sudah tidak peduli lagi dengan identitas nasional
bangsa Indonesia. Mereka cenderung membiarkan dan tidak peduli apa yang terjadi
pada anak-anak itu, sehingga pada masa-masa anak sekolah tingkat sekolah
menengah atas atau SMA banyak terjadi tawuran-tawuran antar pelajar, bahkan
masih banyak terjadi hingga jenjang masa-masa kuliah. Generasi milenial saat
ini banyak yang fanatik terhadap agama atau kepercayaan yang dianutnya. Hanya
masalah sepele yang dibuat beberapa orang untuk memecah belah kita, sudah
banyak orang yang terpengaruh hingga akhirnya saling menjelekkan agama-agama
yang dianut orang lain. Ini masih menunjukkan kurangnya kesadaran kita sebagai
bangsa Indonesia bahwa sebenarnya kita adalah satu bangsa dan negara meskipun
budaya, agama, bahasa kita berbeda-beda tetapi tetap satu. Seperti tertuang
dalam arti sesungguhnya dalam Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda
tetapi tetap satu. Seharusnya kita lebih mengenal arti Bhinneka Tunggal Ika
sehingga kita tidak mudah dipecah-belah oleh segelintir orang yang memang
menginginkan kita sebagai bangsa Indonesia hancur dan saling menghina sesama kita
sendiri. Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah karya sastra agama atau kakawin
Jawa kuna yaitu kakawin Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular, seorang
bujangga yang hidup pada abad ke-14 di masa kerajaan Majapahit dibawah
kekuasaan Prabu Rajasanagara atau Raja Hayam Wuruk. Sepenggal kalimat tersebut
pada mulanya adalah bentuk rasa toleransi dari seorang Mpu Tantular yang
merupakan penganut Buddha Tantrayana yang hidup dilingkungan kerajaan Majapahit
yang bercorak Hindu-Siwa. Dalam perumusannya Bhinneka Tunggal Ika pun
juga tidak hanya diikuti oleh orang asli Indonesia, bahkan ada keturunan
Tionghoa dan keturunan lain yang juga ikut serta dalam merumuskannya jadi kita
sendiri pun sebagai warga negara Indonesia sebenarnya harus lebih memahami arti
persatuan dan kesatuan. Jadi jauh sebelum adanya Sumpah Pemuda yang menjadi
pemersatu kesatuan bangsa sebernya sudah ada Bhinneka Tunggal Ika pada jaman
kerajaan Majapahit. Peranan pemerintah juga menjadi sangat penting dalam
pemahaman identitas nasional di kalangan sekolah-sekolah dasar hingga
sekolah-sekolah menengah atas. Sehingga sejak masih kecil mereka dapat
mengetahui arti penting identitas nasional dan tidak melupakannya.
Isi
Menurut Kamus
Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, Depdiknas, Jakarta, 2008), arti kata identitas
itu adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda atau jati diri.
Jadi jika mengacu pada pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa bangsa yang
mempunyai identitas adalah bangsa yang mempunyai ciri khas dan jati diri
sendiri. Bangsa yang mempunyai identitas adalah bangsa yang bangga terhadap
ciri khas dan jati diri bangsanya karena ciri khas dan jati diri itu tidak
dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Terkait dengan kritis identitas nasional yang
telah disampaikan oleh Bapak Yufra dalam pertemuan materi kuliah
kewarganegaraan dapat saya katakan bahwa identitas nasional bangsa Indonesia
saat ini sudah mulai luntur. Meningkatnya kasus-kasus kejahatan serta tawuran
antar mahasiswa dan siswa-siswa sekolah menengah atas di Indonesia menjadi
salah satu contoh bahwa identitas nasional saat ini masih dan kurang dimengerti
oleh banyak warga negara Indonesia sendiri.
Dalam bidang
politik kita masih dapat melihat banyaknya korupsi yang dilakukan oleh para
pejabat-pejabat negara. Seseorang yang seharusnya menjadi wakil rakyat dalam
pemerintahan malah melakukan korupsi untuk memperkaya dirinya sendiri, rakyat
Indonesia pun menjadi merasa dibodohi dengan membayar pajak karena mereka
khawatir pajak yang dibayarkannya kepada negara malah hanya akan masuk ke
kantong-kantong pribadi segelintir orang yang melakukan korupsi. Seperti kasus-kasus
baru ini yang melibatkan pemerintahan kota Malang, sebanyak dua diantara tiga
calon wali kota yang akan memimpin kota Malang malah melakukan korupsi hingga
masuk ke penjara. Sebanyak empat puluh satu anggota DPRD kota Malang juga telah
terbukti melakukan korupsi, ini menunjukkan kurangnya moralitas serta pemahaman
identitas nasional bangsa. Banyak diantara koruptor-koruptor yang telah masuk
penjara dan terbukti salah masih dapat melakukan aktivitas politik lagi hingga
mungkin mencalonkan menjadi wali kota atau anggota-anggota DPRD. Seharusnya
wakil-wakil rakyat yang memang telah terbukti mengkorupsi uang rakyat sudah
sepantasnya untuk dilarang seumur hidup untuk mengikuti kembali kegiatan
politik apapun. Malah masih banyak koruptor dihukum penjara hanya dalam waktu
sebentar, hanya satu sampai dua tahun saja. Pelaku koruptor yang telah
terbukti bersalah pun masih bisa
memberikan senyuman-senyuman manis pada saat diwanwancara oleh beberapa stasiun
TV, ini menunjukkan bahwa sebenarnya dalam diri mereka, mereka merasa sudah
biasa melakukan korupsi dan korupsi itu bukan merupakan suatu hal yang
melakukan dan sangat salah. Dalam bidang pendidikan pun akhir-akhir ini kita
sering melihat kasus-kasus tindakan kurang ajar seorang murid sekolah kepada
gurunya. Banyak diantara mereka yang menganggap guru itu tidak penting dan
tidak perlu dihormati. Dunia pendidikan Indonesia harus lebih berbenah dalam
kasus ini, jika diteruskan maka akan semakin banyak guru-guru di Indonesia yang
tidak dihormati oleh muridnya. Memang miris dengan kurangnya hukuman yang
diteriman murid itu yang pada akhirnya hanya berakhir dengan damai, seharusnya
mereka dikenakan hukuman yang sepantasnya seperti dikeluarkannya dari sekolah
atau memberinya hukuman berat dengan tidak usah menaikkan kelas atau
hukuman-hukuman lain yang dapat memberikannya pelajaran untuk lebih dapat
menghormati gurunya. Padahal guru adalah pekerjaan yang mulia, mencerdaskan
anak-anak muda Indonesia yang nantinya dapat berguna bagi bangsa dan negara
ini. Dalam bidang sosial dan budaya juga semakin banyak anak-anak milenial saat
ini lebih bangga dengan produk-produk buatan luar negeri. Mereka kurang
menghargai hasil-hasil ciptaan produk-produk negara Indonesia sendiri. Pergaulan
bebas diantara kalangan remaja-remaja Indonesia saat ini juga semakin
mengkhawatirkan, mereka sudah menganggap biasa bahwa mereka dapat meminum
minuman-minuman keras sebelum umur yang telah ditentukan negara. Dalam
pergaulannya mereka malah menganggap mereka yang tidak minum minuman-minuman
keras kurang keren atau malah mengucilkannya dan meninggalkannya. Padahal
meminum minuman-minuman keras sebelum umur yang ditentukan negara sebenarnya
tidak boleh dan dapat berakibat penjeratan hukum penjara, tetapi tetap saja
masih banyak anak-anak sekolah menengah atas bahkan masih sekolah menengah
pertama sudah mengonsumsi minuman-minuman keras. Seks bebas juga telah dianggap
biasa oleh kalangan anak-anak muda jama sekarang. Sebenarnya seks bebas malah dapat
mengikis mental-mental anak-anak muda Indonesia serta menyebarkan banyak
penyakit seperti HIV dan AIDS.
Banyak diantara
anak muda saat ini merasa malu telah dilahirkan di negara Indonesia seharusnya
mereka tidak perlu malu karena sebenarnya
negara luar pun mengakui keindahan bangsa Indonesia. Mulai dari keindahan pulau
Bali, pengakuan negara luar tentang batik Indonesia hingga pulau Komodo yang
berada di Nusa Tenggara Timur masuk dalam salah satu keajaiban dunia. Mereka seharusnya
patut berbangga dengan prestasi-prestasi yang telah dicapai oleh negara
Indonesia.
Penutup dan Daftar Pustaka
Kesimpulan yang
dapat saya ambil tentang krisis identitas nasional bangsa Indonesia saat ini
adalah sebenarnya identitas nasional saat ini telah luntur dikalangan anak-anak
muda Indonesia saat ini. Tetapi sebenarnya ini semua belum terlambat dengan
meningkatkan perhatian orang-orang disekitar kita tentang pentingnya identitas
nasional, terutama peran keluarga serta orang tua dalam pendidikan anaknya
dalam rumah. Pemerintah pun dapat lebih memberikan perhatian khusus tentang
krisis identitas ini dengan cara memberikan hukuman-hukuman larangan seumur
hidup partisipasi koruptor dalam dunia politik serta memberikan
penyuluhan-penyuluhan di desa-desa dan kota-kota kecil yang ada di Indonesia
untuk lebih memahami dan menjalankan arti sesungguhnya yang terkadung dalam
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hingga pada akhirnya kita lebih dapat
merefleksikan diri kita sendiri apakah kita telah mengetahui dan menjalankan
arti penting yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal
Ika, jika belum kita harus melakukannya mulai dari sekarang dengan cara lebih
peduli kepada sesama kita dan bangga terhadap negara Indonesia ini sendiri.
Referensi