Social Icons

Pages

Rabu, 13 Februari 2019

Identitas Nasional : Siapakah Manusia Indonesia?

Latar Belakang
Dewasa ini identitas nasional di era modern khususnya bagi generasi milenial terutama generasi Z sudah banyak dilupakan. Bahkan sudah banyak anak-anak muda jaman sekarang yang sudah melupakan arti penting Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika. Banyak dari anak muda jaman sekarang juga melupakan bagaimana pejuang-pejuang pahlawan Indonesia dulu untuk membentuk dasar-dasar negara serta membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan negara luar yang menjajah bangsa Indonesia. Kurangnya peran orang-orang dekat disekitar anak-anak pada saat masa remaja khususnya keluarga dekat merupakan salah satu alasan kenapa generasi milenial saat ini sudah tidak peduli lagi dengan identitas nasional bangsa Indonesia. Mereka cenderung membiarkan dan tidak peduli apa yang terjadi pada anak-anak itu, sehingga pada masa-masa anak sekolah tingkat sekolah menengah atas atau SMA banyak terjadi tawuran-tawuran antar pelajar, bahkan masih banyak terjadi hingga jenjang masa-masa kuliah. Generasi milenial saat ini banyak yang fanatik terhadap agama atau kepercayaan yang dianutnya. Hanya masalah sepele yang dibuat beberapa orang untuk memecah belah kita, sudah banyak orang yang terpengaruh hingga akhirnya saling menjelekkan agama-agama yang dianut orang lain. Ini masih menunjukkan kurangnya kesadaran kita sebagai bangsa Indonesia bahwa sebenarnya kita adalah satu bangsa dan negara meskipun budaya, agama, bahasa kita berbeda-beda tetapi tetap satu. Seperti tertuang dalam arti sesungguhnya dalam Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Seharusnya kita lebih mengenal arti Bhinneka Tunggal Ika sehingga kita tidak mudah dipecah-belah oleh segelintir orang yang memang menginginkan kita sebagai bangsa Indonesia hancur dan saling menghina sesama kita sendiri. Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah karya sastra agama atau kakawin Jawa kuna yaitu kakawin Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular, seorang bujangga yang hidup pada abad ke-14 di masa kerajaan Majapahit dibawah kekuasaan Prabu Rajasanagara atau Raja Hayam Wuruk. Sepenggal kalimat tersebut pada mulanya adalah bentuk rasa toleransi dari seorang Mpu Tantular yang merupakan penganut Buddha Tantrayana yang hidup dilingkungan kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Siwa. Dalam perumusannya Bhinneka Tunggal Ika pun juga tidak hanya diikuti oleh orang asli Indonesia, bahkan ada keturunan Tionghoa dan keturunan lain yang juga ikut serta dalam merumuskannya jadi kita sendiri pun sebagai warga negara Indonesia sebenarnya harus lebih memahami arti persatuan dan kesatuan. Jadi jauh sebelum adanya Sumpah Pemuda yang menjadi pemersatu kesatuan bangsa sebernya sudah ada Bhinneka Tunggal Ika pada jaman kerajaan Majapahit. Peranan pemerintah juga menjadi sangat penting dalam pemahaman identitas nasional di kalangan sekolah-sekolah dasar hingga sekolah-sekolah menengah atas. Sehingga sejak masih kecil mereka dapat mengetahui arti penting identitas nasional dan tidak melupakannya.

Isi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, Depdiknas, Jakarta, 2008), arti kata identitas itu adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda atau jati diri. Jadi jika mengacu pada pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa bangsa yang mempunyai identitas adalah bangsa yang mempunyai ciri khas dan jati diri sendiri. Bangsa yang mempunyai identitas adalah bangsa yang bangga terhadap ciri khas dan jati diri bangsanya karena ciri khas dan jati diri itu tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Terkait dengan kritis identitas nasional yang telah disampaikan oleh Bapak Yufra dalam pertemuan materi kuliah kewarganegaraan dapat saya katakan bahwa identitas nasional bangsa Indonesia saat ini sudah mulai luntur. Meningkatnya kasus-kasus kejahatan serta tawuran antar mahasiswa dan siswa-siswa sekolah menengah atas di Indonesia menjadi salah satu contoh bahwa identitas nasional saat ini masih dan kurang dimengerti oleh banyak warga negara Indonesia sendiri.
Dalam bidang politik kita masih dapat melihat banyaknya korupsi yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat negara. Seseorang yang seharusnya menjadi wakil rakyat dalam pemerintahan malah melakukan korupsi untuk memperkaya dirinya sendiri, rakyat Indonesia pun menjadi merasa dibodohi dengan membayar pajak karena mereka khawatir pajak yang dibayarkannya kepada negara malah hanya akan masuk ke kantong-kantong pribadi segelintir orang yang melakukan korupsi. Seperti kasus-kasus baru ini yang melibatkan pemerintahan kota Malang, sebanyak dua diantara tiga calon wali kota yang akan memimpin kota Malang malah melakukan korupsi hingga masuk ke penjara. Sebanyak empat puluh satu anggota DPRD kota Malang juga telah terbukti melakukan korupsi, ini menunjukkan kurangnya moralitas serta pemahaman identitas nasional bangsa. Banyak diantara koruptor-koruptor yang telah masuk penjara dan terbukti salah masih dapat melakukan aktivitas politik lagi hingga mungkin mencalonkan menjadi wali kota atau anggota-anggota DPRD. Seharusnya wakil-wakil rakyat yang memang telah terbukti mengkorupsi uang rakyat sudah sepantasnya untuk dilarang seumur hidup untuk mengikuti kembali kegiatan politik apapun. Malah masih banyak koruptor dihukum penjara hanya dalam waktu sebentar, hanya satu sampai dua tahun saja. Pelaku koruptor yang telah terbukti  bersalah pun masih bisa memberikan senyuman-senyuman manis pada saat diwanwancara oleh beberapa stasiun TV, ini menunjukkan bahwa sebenarnya dalam diri mereka, mereka merasa sudah biasa melakukan korupsi dan korupsi itu bukan merupakan suatu hal yang melakukan dan sangat salah. Dalam bidang pendidikan pun akhir-akhir ini kita sering melihat kasus-kasus tindakan kurang ajar seorang murid sekolah kepada gurunya. Banyak diantara mereka yang menganggap guru itu tidak penting dan tidak perlu dihormati. Dunia pendidikan Indonesia harus lebih berbenah dalam kasus ini, jika diteruskan maka akan semakin banyak guru-guru di Indonesia yang tidak dihormati oleh muridnya. Memang miris dengan kurangnya hukuman yang diteriman murid itu yang pada akhirnya hanya berakhir dengan damai, seharusnya mereka dikenakan hukuman yang sepantasnya seperti dikeluarkannya dari sekolah atau memberinya hukuman berat dengan tidak usah menaikkan kelas atau hukuman-hukuman lain yang dapat memberikannya pelajaran untuk lebih dapat menghormati gurunya. Padahal guru adalah pekerjaan yang mulia, mencerdaskan anak-anak muda Indonesia yang nantinya dapat berguna bagi bangsa dan negara ini. Dalam bidang sosial dan budaya juga semakin banyak anak-anak milenial saat ini lebih bangga dengan produk-produk buatan luar negeri. Mereka kurang menghargai hasil-hasil ciptaan produk-produk negara Indonesia sendiri. Pergaulan bebas diantara kalangan remaja-remaja Indonesia saat ini juga semakin mengkhawatirkan, mereka sudah menganggap biasa bahwa mereka dapat meminum minuman-minuman keras sebelum umur yang telah ditentukan negara. Dalam pergaulannya mereka malah menganggap mereka yang tidak minum minuman-minuman keras kurang keren atau malah mengucilkannya dan meninggalkannya. Padahal meminum minuman-minuman keras sebelum umur yang ditentukan negara sebenarnya tidak boleh dan dapat berakibat penjeratan hukum penjara, tetapi tetap saja masih banyak anak-anak sekolah menengah atas bahkan masih sekolah menengah pertama sudah mengonsumsi minuman-minuman keras. Seks bebas juga telah dianggap biasa oleh kalangan anak-anak muda jama sekarang. Sebenarnya seks bebas malah dapat mengikis mental-mental anak-anak muda Indonesia serta menyebarkan banyak penyakit seperti HIV dan AIDS.
Banyak diantara anak muda saat ini merasa malu telah dilahirkan di negara Indonesia seharusnya mereka tidak perlu  malu karena sebenarnya negara luar pun mengakui keindahan bangsa Indonesia. Mulai dari keindahan pulau Bali, pengakuan negara luar tentang batik Indonesia hingga pulau Komodo yang berada di Nusa Tenggara Timur masuk dalam salah satu keajaiban dunia. Mereka seharusnya patut berbangga dengan prestasi-prestasi yang telah dicapai oleh negara Indonesia.

Penutup dan Daftar Pustaka
Kesimpulan yang dapat saya ambil tentang krisis identitas nasional bangsa Indonesia saat ini adalah sebenarnya identitas nasional saat ini telah luntur dikalangan anak-anak muda Indonesia saat ini. Tetapi sebenarnya ini semua belum terlambat dengan meningkatkan perhatian orang-orang disekitar kita tentang pentingnya identitas nasional, terutama peran keluarga serta orang tua dalam pendidikan anaknya dalam rumah. Pemerintah pun dapat lebih memberikan perhatian khusus tentang krisis identitas ini dengan cara memberikan hukuman-hukuman larangan seumur hidup partisipasi koruptor dalam dunia politik serta memberikan penyuluhan-penyuluhan di desa-desa dan kota-kota kecil yang ada di Indonesia untuk lebih memahami dan menjalankan arti sesungguhnya yang terkadung dalam Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hingga pada akhirnya kita lebih dapat merefleksikan diri kita sendiri apakah kita telah mengetahui dan menjalankan arti penting yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, jika belum kita harus melakukannya mulai dari sekarang dengan cara lebih peduli kepada sesama kita dan bangga terhadap negara Indonesia ini sendiri.

Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text